Narasiterkini.com, Blangpidie – Untuk mengantisipasi melonjaknya harga daging di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), terutama pada hari-hari tertentu seperti pelaksanaan hari “Meugang” jelang bulan Ramadhan, hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, maka disarankan kepada seluruh Keuchik di Abdya agar melakukan pemotongan hewan di masing-masing gampong.
Hal tersebut disampaikan kepada wartawan di pendopo bupati setempat, Senin (30/1/2023) sore.
Menurut nya, selama beberapa tahun terakhir, Kabupaten Abdya merupakan pemuncak di antara kabupaten/kota di Aceh sebagai peringkat harga daging termahal, sehingga mengalahkan daerah-daerah lain di Aceh, dan itu terjadi saat pelaksanaan Meugang saja.
“Harga daging di Abdya adalah yang paling tinggi di Aceh, karena setiap tahun saya perhatikan Abdya paling mahal penjualan daging saat Meugang,” ungkap Darmansah.
Diakuinya, harga daging kerbau atau sapi di Abdya saat hari-hari tertentu dijual mencapai Rp200.000 hingga Rp220.000 per kilogram, sehingga prilaku ini dianggap sangat meresahkan masyarakat, sedangkan pemerintah tidak bisa mengatur hingga terhadap harga penjualan daging para pedagang.
“Makanya, saya menyarankan kepada Keuchik agar dapat menyediakan hewan kerbau atau sapi di gampong masing-masing, itu bisa digunakan melalui anggaran BUMG, masyarakat beli daging itu, harga pun sudah lebih murah dari pedagang,” sarannya.
Di Abdya, tambahnya, ada 152 Badan Usaha Milik Gampong (BUMG), Keuchik disarankan dapat menggunakan dana BUMG tersebut untuk membeli hewan, selain modal nya kembali, BUMG juga mendapatkan keuntungan dari penjualan daging tersebut.
“Dan ini adalah salah satu langkah upaya mengantisipasi melonjaknya harga daging, masyarakat pun dapat menikmati daging dengan harga murah,” tambahnya.
Ia mengaku juga sudah memanggil pihak dinas pertanian Abdya, dimana mereka mengaku kebutuhan hewan ternak setiap tahunnya pada saat pelaksanaan Meugang rata-rata mencapai 1000 ekor.
“Saya sudah panggil dinas pertanian, penjelasan nya rata-rata kebutuhan hewan ternak saat Meugang di Abdya mencapai 1000 ekor setiap tahunnya,” akuinya.
Jadi, jika 152 BUMG melakukan pemotongan hewan ternak seperti kerbau atau sapi di masing-masing gampong maka Abdya membutuhkan hewan ternak sekitar 300 ekor setiap tahunnya, dan itu perkiraan satu atau dua ekor hewan ternak saja.
“Jika harga seekor hewan ternak dengan berat 100 kilo dibeli dengan harga Rp15 juta per ekor, maka BUMG bisa menjual daging Rp150 ribu hingga Rp180 ribu per kilo nya, sehingga harga daging tidak melambung tinggi,” sebutnya.
Namun katanya, itu dikembalikan pertimbangannya kepada Keuchik dan BUMG, ia menyatakan hanya dapat menyarankan karena jika keuntungan diambil Rp10 ribu per kilo maka keuntungan yang diperoleh BUMG pun sudah lumayan dan harga daging akan stabil.
“Saya hanya menyarankan saja, jika menjadi pertimbangan maka masyarakat tidak harus sibuk-sibuk ke Krueng Beukah (lokasi pemotongan), apalagi dari jauh, karena akan berisiko di jalan, harga diperoleh masyarakat pun sudah murah jika di gampong masing-masing,” tutupnya. (Taufik)
Discussion about this post