Narasiterkini.com, Blangpidie – Bupati Aceh Barat Daya (Abdya) Akmal Ibrahim mempertanyakan penggunaan anggaran Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Abdya sejak tahun 2018 hingga 2021, sikap itu ditanggapinya karena beredar isyu di publik tentang minimnya kucuran anggaran dari Pemkab Abdya.
Akmal Ibrahim menanggapi isyu minim anggaran KONI Abdya tersebut tentu bukan dalam konteks menuding pihak-pihak tertentu, namun hal itu agar tidak menimbulkan prasangka buruk di masyarakat akibat informasi diterima tidak lengkap, hal tersebut diungkapkan melalui akun Facebooknya, Minggu (10/10/2021).
“Kawan2, keluhan soal dana olahraga seperti sering di muat di berbagai Medsos, kita sikapi sebagai sebuah dinamika positif. Namun biar tak menimbulkan prasangka, berikut rincian anggaran sejak tahun 2018 hingga sekarang, dan contoh untuk apa uang Koni dipakai,” ungkap Bupati Abdya Akmal Ibrahim.
Dijelaskan Bupati Akmal, selain anggaran dalam berbentuk hibah untuk KONI Abdya setiap tahunnya, ia juga memberikan anggaran untuk klub bola kaki PERSADA sejak tahun 2018 hingga sekarang.
“KHUSUS UNTUK PERSADA; tahun 2018 sebanyak Rp 790 juta, tanun 2019 sebanyak Rp 700 juta, tahun 2020 sebanyak Rp 700 juta, dan tahun 2021 sebanyak Rp 200 juta,” jelas Akmal.
Selanjutnya Bupati Akmal juga merincikan dana untuk KONI Abdya sejak empat tahun lalu.
“KHUSUS UNTUK KONI; tahun 2018 sebanyak Rp 800 juta, tahun 2019 sebanyak Rp 700 juta, tahun 2020 sebanyak Rp 850 juta, dan tahun 2021 sebanyak Rp 800 juta,” rincinya.
Sebagai orang yang dipercayakan masyarakat Abdya, pemberian kedua anggaran tersebut diharapkan mampu meningkatkan semangat pemuda-pemudi Abdya, serta mampu menoreh prestasi susuai dana yang diperuntukkan.
“Ini adalah dana publik yg sudah dipakai, moga masyarakat terhibur dan prestasinya juga sebanding dengan dana yg sudah dihabiskan,” katanya.
Bupati Akmal juga mengatakan Pandemi Covid-19 menjadi penyebab keterbatasan anggaran, sedangkan seluruh elemen menuntut agar semua terpenuhi.
“Kawan-kawan, covid ini membuat orang semua mengeluh. Pertanian mengeluh tak cukup dana, PU juga, kesehatan, pesantren dan pendidikan juga sama. Semua mengeluh,” ujarnya.
Ia meminta semua sektor agar saling mengerti serta memahami dengan kondisi daerah dan nasional saat ini, sebab tuntutan merasa wajib diprioritaskan maka akan ada yang menjadi korban akibat tidak pemerataan.
“Apa boleh buat kita memang lagi krisis berat.
Mohon pengertiannya. Jangan yg satu sektor merasa harus diperioritaskan, sedangkan yg lain boleh ditinggalkan. Mari hadapi bersama-sama, dan moga krisis ini cepat berlalu,” tegasnya. (Taufik)
Discussion about this post