Narasiterkini.com, Blangpidie – Dalam rangka percepatan penurunan jumlah angka stunting di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Penjabat (Pj) Bupati Darmansah SPd MM akan melakukan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Universitas Abulyatama Aceh, hal ini disampaikan saat konferensi pers di salah satu rumah makan di Blangpidie, Rabu (15/2/2023).
Langkah cepat Pemkab Abdya tersebut dilakukan guna mengejar jumlah stunting di kabupaten berjuluk “Negeri Breuh Sigupai” segera menurun, tentu hal ini dibutuhkan bantuan pihak lain yang memiliki kompetensi dibidang yang sama.
Selain dari intruksi dari pemerintah pusat, Pj Bupati Abdya juga bertekad membangun kerja sama ini demi masyarakat Abdya hidup lebih sehat, sehingga dibutuhkan energi lebih bagi Pj Bupati Abdya Darmansah agar hal tersebut segera teratasi.
“Begitu mendapatkan informasi bahwa stunting di Abdya naik (meningkat), kita berpikir ini harus segera mengambil langkah konkret,” ujar Pj Bupati Abdya Darmansah.
Menurut Pj Bupati Darmansah, UNAYA atau singkatan dari Universitas Abulyatama Aceh melalui Fakultas Ilmu Kesehatan, sudah memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup untuk penanganan, pencegahan dan intervensi penurunan jumlah angka stunting di berbagai daerah di Aceh.
“Tim dari Abulyatama sudah siap melakukan hal ini, mereka ini memiliki tim yang memadai, dan kenapa kita kerjasama dengan Abulyatama, karena itu tadi, juga karena sudah terbukti seperti di kabupaten Aceh Jaya,” ungkap nya.
Untuk melakukan perihal tersebut, Darmansah mengaku tidak mampu melakukan sendirian, apalagi di kabupaten Abdya stunting tersebar di 54 desa dalam sembilan kecamatan, sehingga membutuhkan pihak-pihak seperti Forkopimda, intansi terkait, camat, Keuchik hingga pihak pendamping desa.
“Mudah-mudahan kerjasama kita semua, nanti mulai Keuchik, Camat, Bupati pak Danramil, pak Kapolsek, Forkopimda dan juga wartawan plus nanti dengan perguruan tinggi, kalau kita kerja sendiri tidak ada akademisi juga tidak ada yang akui, jadi itu kalau akademisi yang bilang udah jelas,” akuinya.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama Rektor UNAYA Aceh Ir. Raden Agung Efriyo Hadi, MSc., Ph. D., IPM menjelaskan bahwa pihaknya sudah melakukan kajian tentang stunting ini sejak tiga tahun lalu, dan mengaku telah melakukan hak paten alat pengukur stunting balita,” jelas Rektor Raden Agung Efriyo.
Ia juga mengakui diajak kerja sama dengan BKKBN dalam hal percepatan penurunan angka stunting di Aceh, sehingga pihak UNAYA telah menangani stunting sebanyak tiga kabupaten di Aceh.
“Mulai dari Aceh Besar, Aceh Jaya itu sudah turun 40 persen, itu tingkat penurunan nya paling tinggi, kemudian yang terakhir dan masih berjalan yaitu Pidie Jaya,” akuinya.
Terkait dengan wacana melakukan hal yang sama di kabupaten berjuluk “Negeri Breuh Sigupai”, Rektor mengaku akan melakukan dengan segala upaya demi penurunan angka stunting di Abdya dapat terwujud.
“Nanti bersama pak bupati, kami dengan segenap upaya nanti akan melakukan penurunan dengan signifikan di Abdya ini, selama enam bulan program nya, nanti perlu bekerjasama banyak pihak ini, bukan semata-mata kami saja,” cetusnya.
Menurutnya, permasalahan stunting juga akibat pola hidup yang tidak sesuai, stunting ini sebenarnya pola hidup, sehingga pihaknya melakukan intervensi, sebelumnya dengan melakukan pengamatan, diskusi dan langkahnya, dari data stunting yang ada.
“Kami akan turunkan mahasiswa, mahasiswa dibawah ilmu keperawatan, kebidanan kemudian ilmu kesehatan masyarakat, itu akan kita terjunkan dengan kita bekali SOP yang sudah kita susun untuk memantau pola hidup masyarakat selama enam bulan,” sebutnya.
Hal senada disampaikan Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan, Dr. Lensoni, MKes dimana program penurunan stunting yang dilaksanakan oleh UNAYA Aceh yakni di Aceh Besar.
“Pada prinsipnya kita ada beberapa pola yang kita lakukan, yang pertama pencegahan yang kedua penanganan, penanganan ini kita berikan kepada balita yang kategori stunting,” kata Lensoni.
Selanjutnya ia mengatakan, kepada Balita yang kategori stunting akan diberikan makanan tambahan, yang mana biasa disebut dengan enam bintang.
“Bintang yang pertama kita berikan beras Prostifit, beras ini kita kerjasama dengan Bulog, yang mana beras ini memang dianjurkan untuk anak stunting, yang kedua telur, yang ketiga susu murni, kita bekerjasama dengan peternak susu di Aceh Besar, ada buah, ada tempe dan ada sayur,” katanya.
Langkah-langkah tersebut dilakukan secara kontinyu, guna mengetahui perkembangan balita stunting dan pemahaman keluarga.
“Kita akan intervensi seminggu dua kali, kita akan ukur seminggu dua kali dan kita juga memberikan makanan tambahan itu seminggu dua kali,” ucapnya.
Diakunnya, selama program tersebut dilakukan di Aceh Besar, tim dari Unaya Aceh mampu menurunkan lebih kurang 40 persen, kegiatan itu didukung menggunakan dana desa.
“Dan Alhamdulillah kurang lebih 40 persen di kabupaten Aceh Besar di gampong Meunasah Intan itu kita turunkan, itu menggunakan dana desa, kita hanya pendampingan saja, pengukuran, pengarahan, dan kita juga kerjasama dengan kader-kader desa, Puskesmas, Keuchik nya,”
“Sedangkan pencegahan itu di lakukan kepada Catin (calon pengantin), pasangan usia subur, ibu hamil dan ibu menyusui, itu kita berikan sejenis sosialisasi, penyuluhan, pengarahan untuk peningkatan pengetahuan dari pada ibu dan keluarga, karena kenapa stunting itu bukan pengaruhnya karena ibu nya saja, tetapi bapaknya juga,” tambahnya. (Taufik)
Discussion about this post