Narasiterkini.com, Blangpidie – Pantang menyerah, itu lah yang tertanam dibenak pikiran penembus hutan belantara dijalan penghubung antar Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) dengan Gayo Lues (Galus). Tepatnya di Kacamatan Babahrot dan masuk wilayah desa Ie Mirah Kabupaten Abdya dan desa Persada Tongra Kacamatan Terangun Kabupaten Gayo Lues.
Saban hari, rutinitas warga di dua kabupaten itu terus berlangsung, walau harus menghadapi tantangan yang begitu tidak mudah dan penuh risiko, tapi itu terus ditekuni demi memenuhi kebutuhan keluarga di rumah yang selalu menanti dan berharap sang kepala rumah tangga kembali ke keluarga dalam keadaan selamat, tak terkecuali dengan mambawa pulang rupiah.
Lintas itu, merupakan jalan lintas alternatif warga dalam berbagai kebutuhan, dimana pada umumnya warga yang bergantung hidup di jalan tersebut adalah Mugee (Penjual Ikan), sopir angkutan umum, angkutan barang dan juga anak-anak santri yang menimba ilmu agama di sejumlah pesantren di Abdya dan Aceh Selatan.
Pergerakan ekonomi warga di jalan lintas Abdya-Galus tersebut sangat tinggi, dimana komoditi sayur mayur, tembakau Gayo dari Galus ke Abdya dan penjualan ikan laut segar dari Abdya ke Galus tidak pernah putus, sehingga warga yang bergantung hidup di lintas itu berharap dapat segera terwujud impian jalan yang lancar dan permanen.
Bukan hanya persoalan ekonomi saja, tapi juga menyangkut sosial masyarakat, sebab sebagian warga Gayo Lues sudah puluhan tahun menjadi penduduk Abdya sedangkan sanak famili nya sebagian besar masih di Gayo Lues, sehingga disaat waktu-waktu tertentu mereka juga harus menjenguk saudaranya di tanah kelahirannya.
Melewati jalan lintas tersebut, setiap pengendara tentu mempersiapkan segala kebutuhan dijalan, baik itu kondisi kendaraan maupun bekal makanan yang cukup, karena ketika melintasi jalan itu signal hand phone tidak dapat di akses serta perumahan warga pun tidak ada yang bermukim disana.
Pengakuan sopir angkutan umum atau rental, Sadem (50), bahwa sejak menjadi sopir rental ia selalu menjaga kondis mobil nya agar aman dalam melewati jalan menantang tersebut, namun tak terkecuali disaat musim hujan sering ia terpaksa bermalam di hutan karena jalan sering tertimbun material longsor gunung dan juga akibat mobil tidak mampu melewati tanjakan di jalan rusak.
“Tahun 97 (1997) saya sudah melewati jalan ini, waktu itu saya baru nikah”, ucap Sadem mulai berbagi cerita sambil menyetir mobil.
Pengakuannya, jalan pertama dibuka sekitar tahun 1995, dimana perusahaan PT. Pasir Indah dari Banda Aceh memiliki perkebunan di daerah Gayo Lues, untuk memudahkan transportasi pihak perusahaan menuju Gayo Lues maka perusahaan tersebut membuka jalan sebagai akses.
“Ini jalan pertama sekali dibuka oleh PT. Pasir Indah Banda Aceh, dari Gayo Lues tembus ke Babahrot, Abdya”, jelasnya.
Waktu itu Sadem masih menggunakan mobil merek Hardtop, mobil yang ditumpangi nya sebagai alat transportasi bagi penumpang dan pedagang ikan, namun, baru sekitar tiga tahun ia mengangkut sewa beserta barang dagangannya itu terpaksa berhenti karena provinsi Aceh sudah mulai bergejolak konflik.
“Mobil saya Hardtop dulu, sekitar 3 tahun saya melintasi jalan ini, saya berhenti karena gejolak Aceh”, sebut Sadem warga Terangun, Gayo Lues itu.
Sadem juga menceritakan bahwa dalam keadaan Aceh dalam kondisi tidak aman, tahun 2006 jalan tersebut kembali lakukan peningkatan oleh perusahaan PT. Pelita Nusa, saat itu ia kembali ke habitat nya sebagai sopir Galus – Abdya.
“Alhamdulillah, tahun 2015 daerah Tongra (desa Persada Tongra, Terangun) sudah mulai di aspal, tahun 2019 daerah Gayo Lues dapat dikatakan sudah selesai dibangun”,
Sedangkan wilayah Kabupaten Abdya, pembangunan jalan penghubung itu setiap tahun dikerjakan, menurut nya wilayah Abdya sejak tahun 2017 hingga 2019 tidak pernah terhenti, namun masih juga ada titik-titik lokasi yang perlu dibangun segera.
“Saat ini di dua titik itu yang sangat dibutuhkan, tentu berharap segera di bangun”, harapan Sadem.
Menurut informasi pada awal tahun ini, lanjut Sadem, pembangunan jalan tersebut akan dikerjakan tahun ini, dan sudah proses tender, tapi kembali informasi beredar dalam pekan ini bahwa pembangunan jalan yang menjadi harapan warga Abdya-Galus terancam gagal.
“Awal tahun saya dengar akan segera dibangun, tapi informasi terakhir mungkin gak jadi, ntah iya, gak tahu lah kita apa yang terjadi antar dewan provinsi (DPRA) dengan pak Gubernur Aceh”, cetus nya.
Sadem berharap jalan lintasan Abdya-Galus dapat segera terwujud, namun jika tahun ini belum tercapai maka ia berencana ganti mobil dengan yang mobil yang memiliki gardan ganda sejenis mobil Toyota 4×4.
“Jika tahun ini juga tidak dibangun, maka harus menunggu satu tahun lagi, satu tahun bagi kami sopir ini bukan waktu sedikit, jika memang seperti itu maka mungkin saya harus beli mobil Double Cabin ganda gardan”, singgungnya.
Salah satu Mugee, yang tidak disebutkan namanya, mengaku selama mambawa ikan laut segar ke Terangun Kabupaten Gayo Lues banyak kendala masih harus dihadapi nya, apalagi sepeda motor yang digunakan sebagai alat transpotasi menuju ke Terangun jenis motor bebek tahun rendah, sehingga barang dagangan pun harus disesuaikan dengan kendaraan dan kondisi jalan.
“Honda tuha ta ba ungkot, lage na lah, tapi supaya lancar bak jalan ungkot bek leu-leu tat taba. (Motor tua berdagang ikan, seperti yang ada lah, tapi agar tidak ada kendala dijalan ikan yang dibawa tidak bisa kapasitas banyak)”, ungkap sumber yang mengaku warga Blangpidie, Abdya.
Pantauan Narasiterkini.com, jalan yang belum dilakukan pengaspalan itu masuk wilayah Abdya perkiraan mencapai 10 kilo meter lagi, dan kondisi yang terparah itu berada di tanjakan sebelum tiba kantin Singgah Mata dan di tanjakan jembatan crek-crek.
Sedangkan jalan yang sudah diaspal tiap tahun itu sebagian juga sudah rusak akibat dilewati mobil besar pengangkut material ketika pekerjaan jalan tahun 2019 lalu.
Disepanjang jalan, mulai dari Abdya-Galus tampak sejumlah titik-titik longsor, tumpukan material longsor gunung membuat tertimbun badan jalan, serta batang kayu besar juga tumbang ke badan jalan. Agar mobil bisa dilalui, pengguna jalan disana harus membersihkan terlebih dahulu material longsor dan kayu tumbang di atas badan jalan dengan menggunakan alat seadanya. (Taufik)
Discussion about this post