Narasiterkini.com, Tapaktuan – Dayah Sirajul Ibad terletak di jalan Nasional Tapaktuan-Banda Aceh, tepatnya digampong Roet Teungoh Meukek Kabupaten Aceh Selatan. Dayah ini dibangun sejak tahun 1983, namun baru mulai Mondokan seyogyanya sebuah Dayah sejak tahun 1993.
Bedasarkan sumber yang di peroleh media narasiterkini.com, bedasarkan tulisan Tgk. Ilham Mirsal, MA, pada 18 Maret 2024 di Meukek, Dayah ini dipimpin oleh Abu. Tgk. H. Muhammad Ja’far Amja, S.Hi, beliau juga Ketua Tastafi Aceh Selatan (dua periode). Dayah yang berada dijalan lintas nasional ini merupakan pusat kegiatan pendidikan Agama bagi masyarakat sekitar, baik itu pendidikan (Dayah dan Sekolah), majelis Ta’lim, dan juga sebagai pusat kegiatan Suluk selama Ramadhan.
Abu Ja’far atau akrab disapa Abu Roet Teungoh ini memulai pendidikan agamanya pada Abuya Zamzami bin Tgk. Salem (Abu Peulumat) di Meukek. Selanjutnya ketika umurnya 18 tahun, beliau melanjutkan pendidikan ke Dayah Darussalam Al-Waliyah Labuhaji Aceh Selatan, pada masa beliau mondok, Dayah Darussalam dipimpin oleh Abuya Amran Wali Al-Khalidy, dan tahun itu juga mulai menerima tarekat Naqsyabandiyah dari Abunya prof. Dr. Muhibbuddin Wali Al-Khalidy.
Setelah menerima Ijazah Tarekat Naqsyabandiyah, beliau mulai rutin mengikuti Suluk di Dayah Darussalam, baik itu Suluk Ramadhan dan Suluk lainnya, adakalanya Suluk 40, 30 beliau lakukan kontinyu sampai Akhir tahun 1995. Sejak umur 18 tahun sampai punya anak kedua.
Ketekunan Abu Muhammad Ja’far Amja ini dalam mengikuti Suluk, akhirnya pada masa kepemimpinan Dayah Darussalam dipimpin oleh Abuya Nasir Wali Al-Khalidy, Abu Ja’far diangkat sebagai salah seorang Khalifah Suluk di Dayah Darussalam, selanjutnya pada tahun berikutnya Abuya Muhibbuddin Wali mengangkat beliau menjadi Saidul Khulafak dalam tarekat Naqsyabandiyah.
Abu Ja’far terus aktif mengikuti Suluk di Dayah Darussalam, walaupun kepemimpinan Dayah Darussalam terus berganti diaantara para Anak Abuya Kubah, beliau terus menerus mengikuti Suluk pada Abuya Frov. Dr. Muhibbudin. Wali Al-Khalidy, dan ketika itu Abuya mengangkat beliau sebagai Munaffis di Kubah Syaiqul Islam Abuya Muda Wali Al-Khalidy bersama tiga orang kawannya, yaitu Tgk. Ibrahim dari Panton, menantu Abu Masjid Sabang Lamno, dan beliau sendiri.
Setelah mendapatkan Tauliyah Ijazah Munaffis, beliau mulai diberikan izin oleh Abuya untuk membuka Suluk di Dayah Surajul Ibad Meukek pada tahun 1997, selang beberapa waktu berjalannya Suluk di Surajul Ibad, beliau Merasa belum cukup mapan, akhirnya beliau melakukan kerjasama (pendampingan) bimbingan Suluk dengan Abuya. Syekh Abdussalam Dayah Ihya Ulumuddin Suak Abdiya.
Abuya Abdussalam merupakan Mursyid dan anak Abuya Muhammad Yatim Al-Khalidy (Ulama seangkatan Abuya Muda Wali Al-Khalidy). Kala itu juga Abunya Abdussalam metauliyah Abu Ja’far Meukek Sebagai salah seorang Murisyid Thariqat Dayah Darul Ulumuddin Abdiya.
Tahun 2008, Abuya. Prof. Dr. H. Muhibbuddin Wali Al-Khalidy, memesan beliau melalui Tgk. Abd. Razak Sulawesi agar datang menjumpai (bertemu) Abuya Muhibbuddin Wali di kediaman Abuya di Lamreng Banda Aceh. Pertemuan bersejarah dalam hidup beliau ini, Abuya Muhibbuddin Mengijazahkan Mursyid untuk beliau.
“Bak Uroe Nyoe Loentuan Ijazahkan Mursyid keu Tgk. Ja’far Amja, dan hidupkan ibadah Suluk serta Tawajuh pat-pat Mantong droen meutempat tinggai, dan ka loen Ridha keu droen Donya akirat” ucapan Abuya Doktor yang dijawab Qabiltu oleh Ja’far Meukek adalah berjabat tangan bagaikan seseorang wali mempernikahkan seorang putrinya kepada seorang lintoe. Pada waktu Abuya Dr. mentauliyahkan Abu Muhd. Ja’far Amja untuk Mursyid tersebut disaksikan oleh tiga orang Tgk- Tgk yaitu : Tgk. Razak Maulana Sulawesi, stap Abuya Dr.Tgk. Mhd. Guntur dan Tgk. Suhendra, S. Pd, (kedua duanya adalah Dewan guru Dayah Sirajul’Ibad).
Dan pada waktu itu pula lah Abuya menerima telepon dari seseorang dari Jakarta yang isi dari telepon tersebut menyatakan bahwa Ummi di Jakata meninggal dunia (mantan istri Abuya Dr) dan terus Abuya mengajak kami semua untuk melaksanakan shalat jenazah gaib dan sesudah itu Abuya mempersilakan memimpin Baca samadiah untuk almarhumah umi yang berpulang ke Rahmatullah dikala itu.
Sejak itulah, Dayah Sirajul Ibad terus aktif mengerjakan suluk hingga sekarang, baik itu dibulan suci Ramadhan dan bulan Haji.
“Jamaah belum terlalu ramai, hanya pulahan saja, tapi insyaallah sampai kapanpun Dayah Sirajul Ibad dibawah kepemimpinan saya (Abu Ja’far Amja) akan terus menghidupkan tarekat ini sesuai amanah dari pada para maha guru kami, para Mursyid dalam tarekat Naqsyabandiyah,” ucap Abu Ja’far. (Hi)
Sumber : Tgk. Ilham Mirsal, MA
Discussion about this post