Narasiterkini.com, Sukamakmue- Tim Relawan Universitas Teuku Umar (UTU) yang dilepas dan dipimpin langsung oleh Rektor UTU berhasil menembus salah satu titik terdampak terparah banjir bandang di Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang, Nagan Raya. Bencana tersebut menghancurkan empat desa sekaligus, yakni Desa Kuta Tengah, Blang Muerandeh, Blang Puuk, dan Babah Suak.
Dua desa—Desa Kuta Tengah dan Babah Suak—menjadi wilayah yang mengalami kerusakan paling parah setelah hampir seluruh pemukiman hilang tersapu banjir bandang. Banyak warga terpaksa mengungsi ke kebun-kebun dan kawasan perbukitan demi menyelamatkan diri.
Tim Relawan UTU yang terdiri dari Unit Kegiatan Mahasiswa Penanggulangan Kebencanaan (UKM PK UTU) dan KSR PMI UTU, dipimpin oleh Irsadi Aristora selaku Pembina UKM PK UTU bersama Iwan Doa Sampena dari KSR PMI UTU. Mereka berhasil mencapai lokasi terpencil tersebut dan menyerahkan bantuan langsung kepada para penyintas.
Rektor UTU, Prof. Dr. Ishak Hasan, M.Si, melalui Irsadi Aristora menyampaikan rasa syukur atas upaya tim yang mampu menembus area yang hingga kini sulit dijangkau pihak lain.
Menurut Irsadi, kedatangan relawan UTU disambut haru oleh Keuchik dan masyarakat setempat karena bantuan itu tiba saat warga benar-benar membutuhkan. Para relawan pun tak mampu menahan tangis saat menyalurkan bantuan berupa sembako, pampers, obat-obatan, pakaian layak pakai, tenda pengungsi, susu bayi, serta berbagai kebutuhan mendesak lainnya.
Dirinya mengaku bangga diberi amanah mewakili UTU untuk menyerahkan bantuan langsung kepada para penyintas yang masih bertahan di pengungsian. “Masyarakat menitipkan salam dan terima kasih kepada Rektor UTU atas tindakan cepat tanggap dalam merespons bencana di wilayah pantai barat selatan Aceh,” ujarnya.
Irsadi juga menambahkan bahwa para mahasiswa UTU berkomitmen untuk terus menggalang bantuan tambahan bagi warga Beutong. “Kami akan berusaha menggalang bantuan semampu kami untuk Beutong,” ungkapnya sebelum tim relawan kembali melanjutkan tugas kemanusiaan.
Bantuan dari UTU ini menjadi salah satu dukungan penting di tengah keterbatasan akses menuju lokasi bencana, yang hingga kini masih sulit dijangkau akibat rusaknya jalur penghubung dan kondisi geografis yang menantang. (RO)

