Narasiterkini.com, Suka Makmue- Sejarah mencatat tepatnya pada hari
Rabu, 26 Maret 1986 Presiden Soeharto didampingi lbu Negara Tien Soeharto menghadiri upacara Panen Raya Operasi Khusus Gelora Petani “Makmue Nanggroe” di Desa Lueng Baro, Kecamatan Seunagan, Aceh Barat (Saat ini Desa Lueng Baro Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya, Aceh).
Informasi dari warga setempat, saat presiden Soeharto berkunjung disambut suka cita oleh masyarakat. Saat awak media ini melihat langsung tugu tersebut sepertinya butuh pemugaran agar tak hilang termakan oleh usia.
Dikutip di laman Soeharto.co dalam kunjungan sehari itu, Presiden Soeharto bersama rombongan yang tiba pagi di lapangan terbang Cut Nyak Dhien disambut secara adat yang meriah oleh para pejabat setempat dan massa dari rakyat dengan tarian Peusijuk (tepung tawar). Dalam upacara di Desa Lueng Baro itu, selain menyaksikan panen raya, Kepala Negara juga berdialog langsung dengan para petani, anggota koperasi, pengrajin, anggota PKK dan para transmigran setempat.
“Harapan kita terhadap Operasi Khusus Makmue Nanggroe ini ternyata memang tidak sia-sia. Dalam waktu yang relatif singkat dan dengan bantuan dari dana Kepresidenan yang tidak terlalu besar, para petani di daerah ini telah berhasil meningkatkan kemakmurannya,” demikian ungkap Presiden bangga. misalnya terlihat pada penambahan luas areal tanaman padi dan palawija, berhasilnya pembibitan pohon coklat dan berhasilnya intensifikasi kolam-kolam ikan air tawar.
Untuk meningkatkan produksi pertanian di daerah Aceh, pada kesempatan itu Presiden Soeharto telah memberikan beberapa petunjuk Pertama, usahakan terus agar Satuan Pembina/Pelaksana Bimas menjalankan fungsi sebaik mungkin; yaitu mulai dari gubernur, bupati, camat, dan kepala desa sebagai unsur penggerak utama dalam Sistem Bimbingan Massal. Kedua, agar semua unsur dalam Sistem Bimas bekerja dengan segiat-giatnya dan terpadu satu dengan yang lainnya.
Ketiga, agar para Kontak Tani yang merupakan pasangan kerja Penyuluh Pertanian dapat bekerja bersama secara erat dan bahu membahu dalam meningkatkan produksi maupun dalam mengembangkan pemasarannya melalui koperasi unit desa (KUD). Keempat, para petani yang telah bersatu dalam Kelompok Tani hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan keterampilan dan persatuan, sehingga menjadi Kelompok Tani yang benar-benar tangguh dan tahan uji. Kelima, para pemimpin di pedesaan, terntama sekali para alim ulama dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya, dapat membantu menyukseskan “Makmue Nanggroe” dengan tema Gerakan Makmue Beusama, Geuma Beusama. (*)
Discussion about this post