Narasiterkini.com, Aceh Jaya – Pulau Keluang di Lamno, Kabupaten Aceh Jaya, terkenal dengan keindahan pulaunya yang di penuhi buliran pasir putih terhampar sepanjang pantai.
Selain hamparan pasir putih, di lokasi itu juga ditemukan beberapa gua sarang burung walet yang terbilang sudah sangat lama atau purba berada di sisi kaki gunung. Keindahan gua itu dipenuhi dengan hunian kelilawar bergantungan pada langit-langit gua.
Kehijauan air dipadukan dengan warna biru gelap air laut, terlihat sangat indah saat kita berada dibibir gua walet tersebut seakan membuat mata kita enggan terpejam.
Saat awak media berkunjung di Pulau Keluang, dengan menggunakan boat fiber berkelir putih, bermesin merek Yamaha, Senin, 1 Juni 2020, cuaca saat itu sangat cerah. Dengan menempuh jarak sekira 60 menit boat fiber kami tumpangi, dari kekuatan penuh mengurangi tenaganya saat akan bersandar di Pulau Keluang.
Satu persatu penumpang melompat dari boat sambil mengikatkan jangkar. Pada sisi pulau, terlihat dua pondok terbuat dari kayu beratap seng, siap disinggahi guna menurunkan bekal kami bawa. Deretan pohon kelapa dengan “lambaian” daunnya yang terterpa angin, membuat suasana terik seketika menjadi sejuk.
Sesaat kaki menapakan langkah kami di Pulau Keluang itu, dalam hati saya berucap, “MasyaAllah, benar-benar indah alam ciptaan Tuhan.”
Keindahan alam di pulau ini begitu hebat hasil karya dari penguasa maha penguasa alam. Sehingga tempat itu mampu memanjakan mata kita.
Dari Pulau Keluang, kita dapat melihat sisi Gunung Geurutee yang terdapat warung-warung penjual makanan ringan. Walaupun jarak pandang terbilang jauh, akan tetapi deretan warung itu masih jelas terlihat dari pulau ini, tutur Wanda Udo, kepada media ini.
Kemudian, satu persatu barang bawaan kita turunkan di pondok yang terdapar di pulau itu. Masing-masing dari kami mempersiapkan bekal untuk dimasak. Disaat lainnya sedang mempersiapkan masakan alakadarnya, beberapa dari kami juga menyiapkan alat pancing untuk memancing ikan.
Namun sayang, saat tengah mempersiapkan alat pancing, cuaca yang mulanya cerah, terlihat mulai tidak bersahabat. Angin kencang mulai menderu. Deretan awan hitam mulai terlihat menutupi cerahnya alam. Tanda hujan akan segera turun. Wisata dadakan ala kami lakukan akhirnya gagal.
Berbekal masakan alakadar yang telah kami siapkan sebelum hujan turun, akhirnya benar-benar menjadi apa adanya yang kami santap. “Indomie, tempe dan nasi putih menjadi pengganjal perut kami.”
Guide yang bisa kita bilang sebagai pawang laut andalan kami, dan jagonya menembak ikan, Mail, berinsiatif untuk meninggalkan pulau sebelum kondisi alam semakin bertambah parah. “Kita harus meninggalkan pulau ini ucapnya, kepada kami.
Niat memancing ikan dan melakukan snorkeling di lokasi itu pun menjadi buyar. Harapan ingin melihat indahnya alam bawah laut yang dihiasi terumbu karang hanya menjadi satu “mimpi” meninabobokan kami.
Untungnya, sebelum kami merapat di Pulau Keluang itu, kita sempat menikmati suguhan keindahan alam yang kita jajal di gua-gua yang berada di sisi gunung pulau tersebut. Niat memancing dan mencari ikan batal dengan seketika akibat faktor cuaca kurang bersahabat, kata saya dalam hati.
“Semoga ada waktu lain yang bisa membuat kami untuk menikmati perjalanan seperti ini lagi.” (*)
Discussion about this post